Inilah yang mungkin saya rasakan dulu. Sejak bermadrasah di MAN 1 Lubuklinggau, Bapak yang kupanggil Bak hanya tahu anaknya rajin sekolah, walau pernah naik pagar sekolah. Hanya sekali menginjakkan kaki ketika paripurna mengambil ijazah.
Teringat kerja kerasmu Bak. Pergi jualan ketika anaknya masih tidur, pulang berdagang saat anaknya kembali tidur.
Anakmu Bak kini jadi orangtua. 22 tahun tidak tidak kembali. MAN 1 ku injakkan kaki lagi. Mengambil rapor cucu perempuanmu.
Bapakku tidak meniitipkan harta agar anaknya jadi apa-apa. Hanya ilmu disekolah, dibayar dari keringat bapak hingga anaknya berguna bagi keluarga, hingga anakmu ini juga berkeluarga.
Barokah keringatmu Bak, Insyaa Allah penuh rachmat keluarga Anak tertuamu, semogs Allah mengangkat derajatmu dengan keturunan yang berkahlak dan berilmu.-*






